Friday, October 23, 2015

Pemuda dan Fenomena Cabe-Cabean 

Dalam beberapa waktu terakhir banyak istilah ‘alay’ yang beredar di zaman sekarang ini yaitu ‘cabe-cabean’. Fenomena seperti apa itu hingga menjadi buah bibir masyarakat saat ini? ‘Cabe-cabean’ merupakan sebutan yang biasa digunakan oleh anak gaul zaman sekarang untuk menyebut atau memberikan sebutan pada remaja putri yang senangnya keluyuran malam dan nongkrong di tempat-tempat biasa mereka nongkrong seperti di pinggiran jalan, di bawah jembatan, dan di banyak tempat lainnya, yang beberapa tempat di antaranya merupakan tempat gelap sehingga meresahkan karena digunakan sebagai tempat nongkrong. Bagaimana tidak meresahkan? Terkadang mereka nongkrong di jalan-jalan gelap yang sangat sepi, berpakaian mini dan seksi, seringkali cari sensasi dan sering dianggap ‘waw’ oleh sebagian para laki-laki. Bukan hanya itu, istilah ini juga merujuk pada remaja wanita yang suka berbonceng tiga, memakai celana pendek dan suka berkeliaran di fly over. Namun istilah “cabe-cabean” sebenarnya merupakan kependekan makna dari “Cewe Alay Bahan Exxxan”, sebutan bagi cewek remaja yang sering hadir di balapan motor liar, dimana para pemenang dari balapan liar itu bisa mengencaninya. Yang patut menjadi perhatian, istilah cabe-cabean merupakan fenomena budaya anak muda yang muncul dari realitas masyarakat dan berkaitan dengan identitas perempuan di tengah ruang publik kita. Mereka muncul dari realitas masyarakat perkotaan, dimana terkait dengan tata ruang perkotaan. Tak dapat di pungkiri bahwaperkembangan budaya masyarakat selalu terkait dengan space dan places dimana perilaku budaya senantiasa muncul dan terwujud dengan berbagai pola aktivitas pelakunya dalam sebuah seting ruang. Maka dapat dipahami bahwa tata ruang publik sebagai tempat masyarakat bertemu, berkumpul dan berinteraksi, di dalam prosesnya mendorong perilaku kehidupan sehari-hari. 

Kita semua mengetahui bahwa ruang-ruang publik yang ada di masyarakat perkotaan di dominasi oleh ruang komersial dan pusat-pusat hiburan yang tumbuh semakin subur. Sehingga muncul budaya anak muda yang berorientasi pada gaya, penampilan diri dan senang-senang. Bahkan ruang-ruang yang tersedia sangat jarang berorientasi pada nilai-nilai edukatif, di lain pihak ruang-ruang publik yang berorientasi pada hiburan mempunyai prosentase jauh lebih tinggi. Artinya perubahan sikap ataupun tingkah laku dari remaja perkotaan yang mengarah kepada perilaku yang negatif sangat terkait dengan semakin minimnya ruang publik yang bersifat edukatif yang bisa menjadi wadah para remaja dalam mengisi waktu luangnya. Hal ini sangat berhubungan dengan kebijakan pemerintah terkait pembangunan tata ruang perkotaan, yang pasti akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat, serta munculnya budaya baru.

Bahkan ketika fenomena cabe-cabean dianggap muncul dari arena balapan liar adalah sebuah bukti bahwa ia muncul karena minimnya ruang publik untuk melakukan hubungan sosial dan interaksi secara beradab. Minimnya sarana maupun media bagi para pemuda-pemudi ini untuk mengembangkan dirinya secara positif. Apalagi jika kita bicara fenomena cabe-cabean ini terkait dengan peran perempuan dalam ruang publik kita. Dimana perempuan hanya sekedar menjadi objek seksual belaka untuk menyenangkan hasrat laki-laki. Sehingga istilah cabe-cabean merupakan cara pandang laki-laki yang membentuk streotype yang merendahkan perempuan serta salah satu bentuk kekerasan berbasis gender. Bahkan jika di tinjau lebih jauh, adanya istilah “cabe-cabean” merupakan sebuah praktik politik kultural melalui “penamaan” yang kaitannya dengan kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. Yang di takutkan dari munculnya istilah “cabe-cabean” ini adalah ia menjadi sebuah dasar pemahaman yang dapat membentuk identitas dan subjek perempuan di tengah masayarakat kita.

Untuk orang tua yang memiliki anak perempuan yang baru saja menginjak remaja solusinya cuma satu jaga anaknya masing-masing! Bentengi keluarga dengan agama, awasi terus anak-anaknya, peduli terhadap lingkungan sekitar rumah, tidak apatis kepada sesama, jangan egois dengan hanya mengutamakan kepentingan sendiri tapi juga harus peduli terhadap kepentingan bersama dan berbagi solusi pada persoalan bangsa ini. Terima kasih, semoga bermanfaat.


Referensi:
http://fajarrifai05.blogspot.co.id/2014/10/pemuda-dan-fenomena-cabe-cabean_22.html

No comments:

Post a Comment